tulisan ini
merupakan Sambungan dari tulisan sebelumnya “curhat
daeng bentor” tentang aksi mahasiswa yang kerap menutup jalan,
Siang itu,
menghindari macet akibat Aksi anak Keperawatan di Fly Over, saya sengaja
berjalan kaki sekitar 100 meter arah Kantor pengadilan, diantara seliweran
pete-pete yang berjalan lambat saya langsung aja masuk kedalam pete-pete yang
penumpangnya lumayan banyak, meskipun di dominasi oleh Ibu-Ibu, dengan
mengambil posisi ditengah saya melepas tas ransel yang setia menemani saya dengan
posisi tas saya pangku, ini menghindari sumpeknya suasana di pete-pete yang ber
AC (AnginCendela)ini.
Sepanjang perjalanan,
saya disuguhi hebohnya percakapan wanita di mobil, hemmm bayangkan ajha kalau
perempuan uda ngumpul, bakalan keluar semua gosip-gosip dan cerita aneh yang
pernah ada#women dilarang protes.
Salah satu
yang membuat saya tertarik mendengar ceritanya adalah Ibu yang duduk dipojok ujung
bangku dekat pintu.
Dandanan yang
menor, gaya bahasa yang khas alias kasar, intonasi suara yang meluap-luap,
menjadi satu, bahkan mengalahkan suara type Pak sopir yang mutar lagu dangdut.
Dengan bangga
ibu ini menceritakan masa lalunya,dan ternyata kebetulan di mobil itu Ibu ini
bertemu dengan sekampungnya, maka bertambahlah cerita itu, ngawur dan tak
berujung.
Diawali dengan
kisah lama heheheh kayak lagu NGOAH Ajha. Ibu ini bercerita tentang
pengalamannya, saat itu di menjadi penjual BALLO atau Tuak bagi orang Bugis
Makassar (minuman keras dari air aren), dengan bangganya Ibu ini berceloteh
bahwa dulu adalah penjual Ballo, bahkan menjajakan Ballonya lintas Kabupaten,
meskipun harus main kucing-kucingan dengan petugas ujarnya.
Anehnya lagi disela-sela ceritanya, dia ungkap bahwa
suaminya adalah anggota TNI (wah parah), yang semestinya jadi contoh.
“bu saya ini keliling kabupaten jual ballo, meskipun
kadang dilarang tapi saya melawang” ujarnya berapi-api, Ibu ini juga
sempat mengatakan “mana undang-undangnya
kalau dilarang jual Ballo”¸ ungkapan ini hampir saja membuat saya tertawa
besar, bukti bahwa mecari nafkah itu, Halal dan Haram semuanya bisa di embat.
Diakhir pembicaraannya,
Ibu ini juga memiliki putra yang jadi Polisi, yang saat ini bertugas disalah
satu polsek di Sul-Sel.
sosok Ibu
yang bertanggungjawab dan cinta pada keluarganya, tidak hanya berjuang
mendapatkan nafkah namun juga harus bisa menjadi teladan dengan memberikan
makanan Halal kepada anak-anaknya.
Lihatlah kasus
korupsi hari ini, juga didominasi oleh Ibu-Ibu dengan seabrek aktivitas,
meninggalkan anak dini hari, datangpun ketika anak sudah tidur, semuanya demi
nafkah namun ujungnya juga berakibat fatal, akibat dihalakannya segala cara.
Sosok Ibu
takkan bisa digantikan, betapa besar rsa tanggungjawabnya terhadap keluarga,
namun itu akan menjadi lebih baik dan terhormat ketika Rezeki yang didapatkan
atau diusahakan melalui jalan yang Halal….
Salam buat
Ibu tercinta dirumah maaf anakmu ini jarang pulang
Makassar 1
Desember 2012 Gd.Primagama Lt III