Selasa, 03 April 2012

Film N5M "memori itu kembali lagi"

Kehebohan buku negeri lima menara, tidak serta merta membuat saya membaca novelnya, yah biasa saya memang orang yang tidak hobi membaca novel, apalagi yang tebal-tebal melihatnya saja sudah sesak nafas J. Saya pun cuman mendengar dari mulut kemulut kalau buku tersebut menceritakan kisah anak yang sekolah di gontor ponorogo, meski bagi saya nama gontor adalah nama yang tidak asing bagi saya, karena saya juga merupakan alumni pesantren di salah satu daerah di Kab. Bone Kajuara yang banyak mengambil kurikulum gontor, begitu juga dengan guru-guru saya yang sejak kelas satu sampai kelas 3 diajari oleh alumni gontor, dan sampai saat ini displinnya pun tetap dilaksankan.
                Satu hal yang membuat saya kagum adalah bahwa dari tangan seorang santri kembali membuktikan bahwa pesantren itu bukan tempatnya orang yang hanya tau sarung, peci Al-Quran saja. Namun jauh dari itu di dalamnya ada pembinaan, nilai dan hikmah yang terkandung.
                Lain baca novel lain pula soal nonton dengan nonton film, itulah yang membuat saya antusias ingin menyaksikan film Negri 5 Menara yang katanya akan segera tayang, film yang diadaptasi dari buku negri 5 menara, sebagai film maniak ini adalah hal yang paling saya tunggu, meski saya gak pernah membaca bukunya justru itu yang memberikan rasa penasaran yang besar bagi saya.
                Tgl 3 maret saya mengazamkan diri untuk menonton film tersebut, meski jam tayangnya pukul 09.00 saya sudah berada di studio panakukang jam 08.00,khawatir gak kebagian tiket, setelah mengantri tiket, saya menyempatkan diri hunting buku gurunya manusia di gramedia sembari nuggu pkl 9.
                 Saat film mulai di putar, merinding rasanya, mengingat beberapa tahun lalu masa-masa yang saya lalui di pesantren tidak jauh berbeda dari apa yang ditayangkan. Kembali memori-memori lama yang pernah ada dan menghiasi hari-hari selama 8 tahun itu seakan kembali terputar seiring dengan alur cerita film N5M yang sedang tayang.
                Nasihat seorang Ibu yang menginginkan anaknya menimba ilmu disekolah Islam juga kembali mengingatkan saya pada sosok ibu yang selalu merindukan agar kelak anaknya itu bisa tampil ceramah, dan paham ilmu agama, meskipun dalm film N5M ada sosok ayah yang juga begitu bertanggungjawab, lain dengan saya yang sejak umur 9 tahun telah ditinggal oleh sang ayah.
                Masa-masa awal dan orientasi santripun kembali hadir, bagaimana sosok anak yang polos harus belajar mandiri, mengurus semua keperluannya sendiri, tanpa bantuan dari sosok ibu dan ayah, yang ketika dirumah selalu kita jadikan tumpuan dan tempat untuk bermanja dengan seribu permintaan, namun di pondok ini hilang, demi sebuah nama kemandirian dan ketegaran.
                Firman Allah yang artinya sesungguhnya kita diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling kenal mengenal, menggambarkan pergaulan yang ada di pesantren lihat saja sosok yang ada di film N5M anak yang dating dari berbagai daerah, suku dan bahasa, serta logat yang berbeda bersatu dengan harmoni kebersamaan tanpa ada sekat-sekat dan kasta.
                Kembali hati ini terenyuh disaat sosok anak (baso) yang selalu memiliki motivasi kuat tuk menghafal harus pergi meninggalkan teman-temannya, karena dan wujud pengabdian seorang cucu kepada neneknya yang sakit, ini pulalah yang banyak menimpa teman-teman waktu sekolah, dimana sebagian harus rela menaggalkan title santrinya untuk memenuhi panggilan keluarga, memang sungguh berat perpisahan itu, siapapaun takkan pernah menginginkannya, suka dan duka yang telah dilewati bersama takkan mudah tuk dilepas, memori kebersamaan dan atas nama ukhuwah seakan meleburkan hati-hati kita, begitupulalah yang selalu diajarkan kepada kita bahwa sebgai seorang mukmin kita ini dalam satu tubuh, yang mana ketika tubuh yang lain merasakan sakit maka tubuh yang lain pun iktu merasa sakit, demikian pulalah yang terjadi dengan Shohibul menara, sehingga air mata keharuann harus mengiringi kepergian sosok BASO yang penuh isnpirasi.
                lain sisi pula yang terjadi dengan alif sosok anak yang tetap memiliki niat  tuk sekolah di ITB, selalu memiliki niat tuk keluar pondok alias ala dawam, merupaka salah satu penyakit besar bagi santri, ini kembali memberikan pelajaran besar bagi saya yang pernah di pondok, melalui kisah alif ini, saya pun kembali mengucapkan syukur bahwa saya bangga sebagai santri dan mampu selesai, dengan artian saya mampu melalui ribuan rintangan dan tantangan, karena itulah kelak kan membedakan kita di depan orang lain, memang sebuah teori bahwa anak yang bisa bertahan di pondok pesantren bukanlah anak yang cerdas namun sosok yang mampu BERSABAR.
                Pepatah man jadda wajada memang merupakan sihiran awal bagi stiap santri, karena itu ia merupakan Mahfudzhot urutan pertama yang kita dapatkan, tentu ini dimaksudkan agar kita mengetahui bahwa hidup ini penuh kesungguhan, dan hanya yang bersungguh-sungguhlah yang akan mendapatkannya,.
                N5M, kau inspirasi dunia, inspirasi generasi muda, yang hendak memberikan pesan moral bahwa pesantren itu bukanlah bengkel yang selama ini, orang tua hanya akan memasukkan anaknya ketika ia sudah tidak bisa diatur di rumah, ini merupakan kesalahan besar, maka benarlah kata-kata yang mengatakan “jika anda mnenginginkan santan yang baik, maka berikanlah saya kelapa-kelapa pilihan” .
                Semoga dunia ini dipenuhi mantra man jadda wajada, sehingga semuanya dimulai dengan kesungguhan dan berakhir dengan husnul khatimah. Karena kelak itulah yang membedakan kita dimata Allah dan manusi.bahwa kita pernah hadir dengan proses penempaan yang kuat, dan bangsa ini membutuhkan orang-orang tegar tegas dalam setiap urusan,
                Damai indonesiaku, man jadda wajada kaulah inspirasiqu   
Makassar 1 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar