Makam Al-Marhum Ust. Multazam |
Hp berdering panggilan masuk dari
salah seorang teman langsung saya angkat…..antum ada acara besok tanyanya saya
jawab tidak ada, kalau besok bisa temani saya gak ke Barru, tanpa berfikir
panjang sayapun meng iyakan…hem Barru I Am Coming
Sobat berikut goresan pena
perjalanan saya ke Barru…
Tujuan ke Barru kali ini
bermaksud berkunjung ke rumah salah satu teman, beliau adalah kakak angkatan
saya di pondok beliau juga guru saya, sekitar 3 periode diatas saya, namanya
MULTAZAM, sosok yang periang, penuh canda dalam kesehariannya, satu cirri yang
khas pada beliau adalah kecamatanya yang tebalnya, saya sendiri uda lupa itu
minus berapa, ada satu waktu ketika masih dipondok ketika saat bersama beliau
di panitia penamatan sekolah sempat satu bagian di Publikasi, saat berangkat
mandi tanpa sengaja saya menjatuhkan kecamatanya di tempat ganti baju,saya kira
kecamata itu hancur berkeping-keping, ternyata dugaan saya meleset, kecamata
yang jatuh dilantai itu tidak lecet sedikit pun, ini disebabkan karena tebalnya
kecamata tersebut dan ternyata dia bukan dari kaca…maaf saya sendiri juga tidak
tahu itu dari bahan apa,
Dalam penuturannya beliau telah
memakai kecamata sejak SD. Jadi ketika kejadian sekitar 10 tahunan lebih beliau
telah memakai kecamata tersebut, namun dengan keterbatasan penglihatannya itu
tidak membuatnya patah semangat untuk menghafal Al-Qur’an meskipun kadang saya
perhatikan Al-Qur’an mesti dia angkat dengan jarak satu jengkal dari matanya,
ini demi memudahkan beliau membaca Al-Qur’an.
Mengingat kisah bersama beliau
tidaklah sulita bagi saya, meski itu telah berlalu beberapa tahuan sosok yang
mudah bergaul dengan teman-teman dan juniornya menjadikannya familiar di tengah
santri, beliau juga menjadi corong perkembangan bahasa di pondok tercinta,
kepiawaiannya berbahasa Inggris tidaklah pernah diragukan, saya masih ingat
ketika itu beliau memboyong piala bergilir lomba Pidato Bahasa Inggris,yang
saat ini piala tersebut masih tersimpan rapi di kantor Pesantren, ini pulalah yang menjadikannya sebagai bagian
bahasa baik di organisasi santri hingga Pembina bahasa dimasa pengabdiannya.
Limadza-limadza tuhibbuni…… adalah penggalan lagu yang sampai saat
ini masih terekam sempurna di memoriku lagu gubahan yang kocak dan lucu
tersebut beliau dendangkan bersama group band bentukannya di acara Panggung
Gembira Kelas Enam angkatannya.
Kini kenangan itu tinggal cerita
penghubung rindu dengan beliau, kini ia telah beranjak meninggalkan kita
ketempat peristirahatan, tempat yang jua kan menjadi tujuan kita juga,
Makassar Pkl 09.00…
Rencana semula akan star Pkl 07.30 mengingat jarak
yang jauh, namun karena hujan mengguyur Makassar di pagi hari akhirnya kami
undur ke Pkl 09 lewat, setelah janjian ketemu di depan Universitas 45, kami
melaju membelah kemacatan kota Makassar, konon kota yang selalu mendengung-dengungkan
akan menjadi kota dunia…yach semoga aja terwujud.
Pangkep Pkl
12.30
Lantunan ayat suci Alqur’an mengiringi perjalanan kami lantunan
Al-Qur’an itu terdengar bersahut-sahutan dari setiap mesjid yang kami lewati, ini
menandakan waktu duhur sesaat lagi akan tiba, kamipun singgah di salahsatu
mesjid yang tepat berada dipinggir jalan poros Pangkep-Barru, mesjid yang
sederhana namun cukup terawat dengan baik, setelah menunaikan Sholat duhur dan
sedikit merebahkan badan demi menghilangkan penat, kamipun kembali melanjutkan
perjalanan,
Sekita setengah jam perjalanan, kami memutuskan untuk mengisi lambung
tengah, yang dari pagi belum terisi apa-apa. Setelah beberapa kali memilih warung
makan, kami menjatuhkan pilihan di warung makan yang tepat satu areal dengan
Pertamina, dengan menu mie siram campur telur, serta suguhan gogoso menjadi
santapan siang yang menggugah selera…..
Barru Pkl 13.30
Pemadangan pinggir laut menyambut kedatangan kami di Kab. Barru,
gerbang bertuliskan selamat datang di Kab. Barru juga turut menyambut, tebing
tinggi disisi kanan yang di poles dengan tulisan Kab. Barru menambah apik dan
mempesonanya Kabupaten yang banyak melahirkan Ulama besar ini.
Dari alamat yang tertera di kertas sebentar lagi kami akan tiba di
desa yang kami tuju, desa buttue, jembatan panjang sebagai tanda utama Alamat
yang diberikan telah kami lewati, biar gak kesasar kami sempat berhenti
beberapa kali untuk menanyakan alamat…diujung jembatan kami bertanya pada anak
usia SMP, namun justru menimbulkan keraguan bagi kami, karena alamat yang kami
tanyakan sudah kami lewati pungkas anak tadi, hemm…untuk informasi yang lebih
akurat kamipun berjalan beberapa meter menemui wargab yang sedang bercengkerama
di bawah kolom rumah….di depan lagi dek pas diperempatan ambil kiri….hem lega
rasanya..hehehehe hamper ajha kesasar dengan Alamat Palsu hheheh (ayu
tingting).
Sekitar 20 menit melewati jalan tersebut kamipun sampai di desa
buttue, untuk meyakinkan lagi kamipun singgah bertanya, kali ini dengan
kakek-kakek dan nenek-nenek yang beristirahat di rumah ronda….pak tabe mau
nanya desa buttue dimana yach….rumahnya pak imam?....uda dekat di depan pas ada
mesjid. Didepan mesjid itulah rumahnya pak imam…oh yach kebetulan rumah yang
kami tuju ini bapaknya juga menjabat sebagai Imam Desa, didepan mesjid kami
kembali bertanya dengan seorang pengajar TK/TPA bu… rumah pak imam dimana…? Oh rumahnya
kelewatan, rumahnya pas dekat mobil yang parker itu…katanya sambil menunjuk…hahahahaha…kali
ini lagi-lagi dapat alamat palsu dari sang Kakek dan nenek…
Barru @rumah
Setelah memarkir motor dan sedikit peregangan kamipun naik kerumah,
setelah beberapa kali salam, barulah ada balsan dari dalam rumah, ternyata
adalah Ayahnya saat kami datang beliau lagi Istirahat siang di ruang tengah
Mari masuk….sambutnya menyalami kami didepan pintu, umurnya kira-kira
70 an, rambutnyapun juga sudah memutih. Namun langkah dan suaranya masih
sempurna, ini dibuktikan dengan masih kuatnya berjalan kaki kemsjid serta
menjadi imam sholat lima waktu.
Dari mana dek…ucapnya memulai percakapan siang itu, kami dari Makassar
Pak, temannya almarhum Multazam di Pesantren, oh….sambil memanggut-manggutkan
kepalanya, sakitnya Mulatazam itu saya juga gak tau, setelah operasi matanya
selesai dan al-hamdulillah sembuh, kembali muncul penyakitnya yang lain, dia
mengeluhkan sakit diperutnya, kata dokter di sakit lever, namun selain itu
banyak penyakitnya yang lain dan tiba-tiba muncul, padahal sebelumnya gak
pernah ia keluhkan…ucapnya sambil beberapa kali menerawang dan memandangi
foto-foto yang di dinding.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar